PILARSULTRA.COM — Bank Sentral Eropa (ECB) resmi memangkas suku bunga acuannya pada Juni 2025. Meski ini terjadi ribuan kilometer dari Indonesia, dampaknya dapat terasa hingga ke daerah-daerah penghasil komoditas ekspor seperti Sulawesi Tenggara. Ketika Eropa melakukan pelonggaran moneter, nilai tukar euro bisa melemah. Ini dapat menekan daya beli mitra dagang utama Sultra terhadap komoditas yang dijual dalam dolar AS, seperti nikel, aspal, kakao, hingga jagung.
Kondisi ini berisiko mengurangi permintaan ekspor dari kawasan Eropa terhadap produk-produk unggulan Sultra. Terlebih, sebagian besar komoditas kita masih dikirim dalam bentuk bahan mentah, belum melalui proses hilirisasi yang bernilai tinggi. Jika daya beli Eropa melemah, sementara ekspor kita tak segera disesuaikan, maka harga komoditas bisa tertekan, dan pada akhirnya berdampak pada pendapatan masyarakat, pelaku usaha, dan pendapatan asli daerah.
Bukan hanya itu. Dampak turunnya suku bunga ECB juga bisa memperkuat dolar AS, yang kemudian melemahkan rupiah. Ini membuat biaya impor seperti pupuk, alat berat, dan bahan bakar menjadi lebih mahal. Sektor tambang dan pertanian di Sultra tentu akan ikut merasakan tekanan dari sisi produksi.
Namun di balik tantangan global ini, selalu ada peluang. Redaksi PilarSultra.com memandang bahwa kebijakan moneter internasional seperti ini harus menjadi peringatan dini bagi pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk tidak hanya bergantung pada pasar ekspor tradisional. Pasar di Asia Selatan, Timur Tengah, bahkan Afrika kini tengah tumbuh cepat dan bisa menjadi jalur alternatif untuk memperluas ekspor Sultra.
Pemerintah Provinsi Sultra juga perlu terus mendorong hilirisasi industri, sehingga kita tidak hanya menjual hasil tambang mentah, tapi juga produk jadi yang bernilai tambah tinggi. Selain itu, edukasi kepada pelaku UMKM dan koperasi ekspor harus diperkuat agar lebih tangguh menghadapi gejolak global.
Oleh karena itu masyarakat perlu mengajak para pemangku kepentingan untuk melihat setiap kebijakan ekonomi global sebagai peluang berbenah, bukan sekadar ancaman. Turunnya suku bunga ECB bisa menjadi momentum untuk melakukan evaluasi dan strategi ulang terhadap pola ekspor, investasi, dan arah pembangunan ekonomi Sultra ke depan.
Keseimbangan antara sensitivitas terhadap dinamika global dan penguatan fondasi ekonomi lokal adalah kunci untuk menciptakan Sulawesi Tenggara yang lebih tangguh, mandiri, dan adaptif. (bar)