JAKARTA, PilarSultra.com — Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai kinerja Presiden Prabowo Subianto selama setahun memimpin masih didominasi oleh upaya konsolidasi kekuasaan dan penyusunan kabinet.
Menurut Dedi, fokus politik mantan Danjen Kopassus itu lebih banyak tersita untuk membangun keseimbangan di tubuh pemerintahan dan memastikan stabilitas politik nasional.
“Jadi, kebijakan yang seharusnya bisa dijalankan lebih cepat alami pelambatan, kecuali MBG (Makan Bergizi Gratis) yang memang menjadi prioritas, tetapi justru mengalami kendala signifikan,” ujar Dedi melalui pesan singkat, Senin (13/10), mengutip Jpnn.
Ia menilai, meski kabinet besar telah terbentuk, konsolidasi kekuasaan masih terus berlangsung dan menyita energi politik Presiden. “Faktanya tidak membuktikan adanya percepatan, justru kontra dengan misi efisiensi yang dicanangkan oleh Presiden,” tambahnya.
Dedi menilai sulit untuk memberikan penilaian politik yang komprehensif atas kinerja Prabowo di tahun pertamanya, karena dinamika konsolidasi tersebut masih kuat mewarnai arah kebijakan pemerintahan.
“Terlebih lagi, kementerian baru juga sibuk dengan penyusunan anggaran dan belum memiliki program serta gerakan nyata yang menyokong cita-cita nasional,” kata dia.
Ia berharap pada tahun kedua pemerintahan, Presiden Prabowo dapat menyelesaikan proses konsolidasi politik dan perombakan kabinet, agar fokus kerja pemerintah bisa segera dirasakan publik.
Sebagai informasi, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI oleh MPR RI pada 20 Oktober 2024. Setelah itu, Prabowo membentuk Kabinet Merah Putih yang terdiri atas 49 menteri dan 10 kepala badan atau lembaga setingkat menteri.
Memasuki 20 Oktober 2025 mendatang, duet Prabowo–Gibran akan genap setahun memimpin Indonesia di periode 2024–2029. (bar)













