PILARSULTRA.COM — Satu gol di menit krusial telah memadamkan asa jutaan pasang mata. Di layar televisi, di tribun stadion, hingga di warung kopi kecil di pelosok negeri, kita menyaksikan harapan besar itu sirna seketika.
Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Irak dengan skor tipis, 0–1. Hasil yang pahit, namun juga menjadi cermin bahwa jalan menuju Piala Dunia bukan sekadar soal kemenangan, tapi tentang keteguhan untuk terus tumbuh.
“Sedih karena Timnas ndak lolos Piala Dunia, tapi tetap bangga dengan timnas. Nanti dilain waktu insya Allah lolos asal konsisten berlatih,” ujar Ridwan usai nobar di depan kantor Pilar Sultra di Kendari (12/10).
Di balik kekecewaan, ada kebanggaan yang tak bisa dihapus. Garuda Muda telah menunjukkan nyali dan dedikasi, berdiri sejajar melawan tim yang secara pengalaman jauh di atas mereka. Dari pertandingan ini, kita melihat semangat juang yang tak surut meski tekanan begitu besar. Setiap tekel, setiap lari mengejar bola, adalah bentuk cinta pada Merah Putih yang tak bisa diukur dengan skor akhir.
Kekalahan dari Irak bukan akhir cerita. Justru di sinilah titik balik kedewasaan sepak bola Indonesia. Kita belajar bahwa mimpi besar tidak tumbuh dari hasil instan, tetapi dari proses panjang penuh kerja keras dan evaluasi. Timnas masih muda, tapi energi dan keberanian mereka telah menyalakan bara semangat di hati rakyat.
Bagi bangsa yang besar seperti Indonesia, kekalahan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Justru dari kegagalan hari ini, kita bisa menyiapkan kemenangan esok hari. Karena sepak bola bukan hanya soal mencetak gol, tetapi tentang bagaimana sebuah bangsa menemukan jati dirinya di lapangan hijau — dengan kepala tegak, hati lapang, dan tekad yang tak pernah padam.
Garuda memang jatuh, tapi tidak pernah menyerah. Karena setiap kekalahan hanyalah jeda dalam perjalanan panjang menuju kejayaan yang sedang kita bangun bersama. (BAR)














