Data BPS menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara turun tajam dari 116,62 pada September 2024 menjadi 106,70 pada September 2025. Penurunan ini mencerminkan pelemahan daya beli petani Sultra dalam setahun terakhir, kontras dengan tren nasional yang justru meningkat.
PILARSULTRA.COM, Kendari — Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra (Rilis 1 Oktober 2025) menunjukkan dinamika yang cukup mencolok pada kinerja sektor pertanian Sulawesi Tenggara sepanjang satu tahun terakhir.
Menurut data BPS; Pada September 2024, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara tercatat 116,62, mengalami kenaikan tipis sebesar 0,25 persen dibanding bulan sebelumnya (116,34). Kenaikan ini terjadi karena penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih besar daripada penurunan indeks harga yang diterima petani (It), sehingga daya beli petani relatif membaik.
Sementara pada September 2025; NTP Sultra justru turun tajam menjadi 106,70, merosot 2,01 persen dibanding bulan sebelumnya (108,89). Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun lebih dalam (−2,46 persen) dibanding indeks harga yang dibayar petani (Ib) (−0,46 persen).

Perbandingan Tahun ke Tahun
Dalam kurun waktu September 2024 ke September 2025, NTP Sultra turun 9,92 poin atau sekitar −8,5 persen. Angka ini menunjukkan adanya pelemahan signifikan pada daya beli petani Sulawesi Tenggara.
Jika dibandingkan dengan capaian nasional pada September 2025, NTP Indonesia justru naik 0,63 persen menjadi 124,36. Dengan demikian, Sulawesi Tenggara mengalami tren yang berlawanan dengan capaian nasional.
Implikasi terhadap Kinerja Gubernur ASR
- Kelemahan: Penurunan tajam NTP menandakan kebijakan sektor pertanian belum efektif menjaga daya beli petani.
- Tantangan: Harga komoditas pertanian di tingkat petani cenderung turun, sementara biaya konsumsi dan produksi masih relatif tinggi.
- Catatan Penting: Sektor pertanian sebagai basis utama ekonomi Sultra menunjukkan pelemahan, yang berpotensi memengaruhi tingkat kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga petani.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kinerja Gubernur Andi Sumangerukka (ASR) di sektor pertanian menunjukkan tren penurunan. Penurunan NTP ini menjadi sinyal perlunya evaluasi kebijakan, terutama dalam stabilisasi harga hasil pertanian, efisiensi biaya produksi, dan penguatan rantai distribusi pasar. (pan)











