Oleh: Muh Aulia Rahman – IT Support Pilar Sultra
PILARSULTRA.COM — Di era digital, demokrasi kita bukan hanya diramaikan oleh suara rakyat di jalanan dan parlemen, tetapi juga oleh percakapan di media sosial. Namun ruang digital seringkali dipenuhi disinformasi, hoaks, hingga propaganda yang bisa memecah belah masyarakat.
Banyak pihak mencoba melawan hoaks dengan klarifikasi dan bantahan. Namun, pengalaman menunjukkan cara ini justru memberi “oksigen” baru bagi hoaks untuk terus beredar. Algoritma media sosial bekerja berdasarkan interaksi. Semakin sering sebuah konten diperdebatkan, semakin tinggi peluangnya naik di lini masa pengguna.
Di sinilah teori larutan bisa menjadi strategi. Satu tetes tinta hitam dalam segelas air putih akan terlihat jelas. Tetapi ketika air putih terus ditambahkan, tinta itu lama-lama hilang, larut, dan tak lagi terlihat. Begitu pula dengan hoaks. Jika publik hanya fokus membantah, tinta semakin menyebar. Tapi bila kita memenuhi ruang digital dengan konten positif, faktual, dan inspiratif, maka hoaks akan tenggelam dengan sendirinya.
Algoritma dan Konten Positif
Algoritma media sosial tidak mengenal mana benar mana salah. Ia hanya mengenal apa yang paling sering diklik, disukai, dan dibagikan. Maka cara paling efektif bukan hanya membantah hoaks, tetapi menjejali algoritma dengan konten baik.
Konten edukasi, berita faktual, narasi kebangsaan, dan inspirasi lokal harus hadir secara masif. Semakin sering masyarakat berinteraksi dengan konten seperti itu, semakin besar peluang algoritma mengedepankannya.
Di sinilah media lokal seperti PilarSultra.com punya peran strategis. Dengan produksi konten positif yang konsisten, media lokal bisa menjadi “air bersih” yang mengisi ruang digital. Alih-alih sibuk mempromosikan bantahan hoaks, media lokal justru bisa menumbuhkan kepercayaan publik lewat narasi kebenaran.
Menangkal hoaks bukan sekadar soal meluruskan berita salah. Ia adalah bagian dari upaya besar merawat demokrasi. Demokrasi sehat membutuhkan publik yang terpapar informasi sehat. Dengan teori larutan, kita meneguhkan keyakinan bahwa banjir kebaikan akan selalu mengalahkan setetes keburukan. (aul)