PILARSULTRA.COM, EDITORIAL — Di balik setiap kemenangan politik, selalu ada barisan yang bekerja dalam diam: tim sukses. Mereka bukan sekadar mesin kampanye, tetapi relawan, sahabat, bahkan keluarga yang dengan suka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan kadang harta demi kemenangan kandidat. Mereka yang berpanas-panasan di jalan, mengetuk pintu rumah warga, hingga berdebat di warung kopi, semua demi satu nama yang mereka yakini akan membawa perubahan.
Namun, inspirasi dari beberapa kisah tim sukses yang kami dengar menggambarkan kenyataan getir. Setelah sang kandidat resmi menjadi bupati, walikota, atau gubernur, jarak itu tiba-tiba menganga. Nomor telepon yang dulu cepat diangkat kini sulit dihubungi. Pertemuan yang dulu cair kini terhalang protokoler. Senyum yang dulu hangat berubah jadi formalitas di balik podium.
Tim sukses sering merasa: kami ini pion politik yang selesai masa pakainya. Padahal, tanpa mereka, sulit membayangkan sebuah kemenangan bisa diraih.
Fenomena melupakan tim sukses bukan sekadar drama personal, melainkan cerminan penyakit politik kita. Kandidat yang sudah berkuasa sering terjebak pada lingkaran baru: birokrat, investor, atau kelompok kepentingan yang menawarkan akses dan fasilitas. Sementara mereka yang dulu menyalakan semangat di akar rumput, tersisih dari lingkaran pengaruh.
PilarSultra.com menilai, di sinilah ujian moral seorang pemimpin. Menjaga hubungan dengan tim sukses bukan berarti membuka ruang balas jasa buta, melainkan merawat kepercayaan dan loyalitas yang telah terbangun. Pemimpin yang mampu merangkul kembali tim suksesnya menunjukkan ia tidak kehilangan jejak sejarah perjuangannya.
Editorial ini bukan hendak menempatkan tim sukses sebagai pihak yang harus selalu diberi “hadiah politik”. Tetapi setidaknya, mereka pantas mendapatkan penghargaan: pengakuan, komunikasi yang terjaga, dan kesempatan untuk tetap berkontribusi dalam membangun daerah.
Jika politik hanya berhenti pada perhitungan suara, maka setelah pemilu usai, semua akan menjadi dingin. Tetapi bila politik dimaknai sebagai ikatan batin antara rakyat dan pemimpin, maka relasi itu akan hidup, bahkan melampaui masa jabatan.
Janji kampanye yang sering didendangkan akan terdengar hampa bila orang-orang yang dulu berjuang di garis depan merasa terbuang. Dari cerita beberapa tim sukses, kami belajar satu hal: kemenangan bukanlah akhir, melainkan awal dari ujian kejujuran seorang pemimpin. (red)