PILARSULTRA.COM, Kendari — Di bawah cahaya matahari pagi, deru mesin bor dan palu terdengar bersahutan di kawasan eks MTQ Kendari. Dinding-dinding kusam yang dulu membisu kini bersolek dengan warna-warna segar. Lampu-lampu jalan baru berderet seperti barisan lentera yang siap menuntun ribuan tamu dari seluruh penjuru negeri.
Inilah denyut baru di jantung Sulawesi Tenggara, saat kota Kendari bersiap menyambut gelaran akbar STQH Nasional 2025 — sebuah ajang keagamaan yang bukan hanya tentang ayat-ayat suci, tetapi juga tentang citra dan kebanggaan daerah.
Sentuhan Tangan-Tangan Sunyi
Di antara para pekerja yang sibuk, Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang Provinsi Sultra, Martin Effendi Patulak, berdiri memandang hasil kerja yang mulai tampak nyata. Dengan mata yang berbinar seolah ia berkata pelan, “Kami ingin tamu-tamu datang dan melihat bahwa Kendari siap. Tidak gelap, tidak kumuh. Kami ingin mereka merasa disambut.”
Pernyataan sederhana itu menggambarkan harapan besar yang tersimpan di balik angka Rp3 miliar yang digelontorkan pemerintah provinsi sebagaimana dilaporkan Antara (17/9). Dana dari APBD reguler dan APBD Perubahan itu bukan sekadar untuk cat dan lampu, tetapi untuk martabat daerah yang ingin tampil layak di hadapan Indonesia.
Menanti Ribuan Langkah
Gelaran ini diperkirakan akan dihadiri sekitar 3.282 tamu: mulai dari para kafilah, tokoh agama, hingga tamu kenegaraan. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan membuka acara, sementara Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan menutupnya. Ribuan mata akan tertuju ke Kendari, dan setiap sudut kota akan menjadi cermin pertama yang memantulkan kesan tentang Sulawesi Tenggara.
Karena itu, pekerjaan terus dikebut: kamar mandi diperbaiki, tegel pecah diganti, hingga area parkir yang akan diaspal dalam waktu dekat. Targetnya, akhir September semua rampung dan awal Oktober kawasan ini siap menyambut lautan manusia.
Lebih dari Sekadar Wajah Baru
Namun, revitalisasi ini juga menjadi simbol lain: bahwa kota ini bisa bangkit dari ketertinggalan fasilitas publiknya. Selama bertahun-tahun, eks MTQ hanya menjadi ruang sunyi — menunggu momen untuk kembali bersinar. Kini, lewat STQH, ia mendapatkan kesempatan kedua.
Pertanyaannya: akankah kilau ini bertahan? Atau hanya akan padam ketika lampu panggung dipadamkan dan tamu-tamu telah pulang?
Harapan yang Menyala
Bagi banyak warga Kendari, proyek ini lebih dari sekadar renovasi. Ia adalah harapan — bahwa kehadiran ribuan tamu akan menggeliatkan ekonomi, menghidupkan warung, hotel, dan UMKM setempat. Harapan bahwa Kendari bukan hanya tempat singgah, tetapi juga tujuan.
Dan ketika malam pembukaan tiba, saat langit Kendari dipenuhi cahaya, mungkin tak ada yang mengingat berapa miliar yang telah dikeluarkan. Yang akan dikenang adalah kebanggaan: bahwa di sini, di kota mereka, lantunan ayat suci menggema untuk seluruh negeri. (bar)