PILARSULTRA.COM, EDITORIAL — Ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional 2025 di Kendari bukan sekadar panggung syiar keagamaan, tetapi juga ujian kesiapan infrastruktur digital kita. Ribuan peserta, ratusan ofisial, jurnalis, dan tamu nasional akan tumpah ruah—semuanya membawa gawai yang terus terkoneksi ke internet. Lonjakan trafik data di lokasi acara bukan sekadar kemungkinan, melainkan keniscayaan.
Faktanya, jaringan internet di Kendari selama ini kerap melambat bahkan dalam kondisi normal. Banyak pengguna sering mengeluhkan sinyal yang naik-turun dan akses data yang tersendat, terutama saat jam sibuk. Bila kondisi ini tidak diperkuat sejak awal, kehadiran ribuan tamu yang serentak online dan melakukan live streaming hanya akan memperparah kemacetan jaringan yang sudah ada.
Bayangkan: sinyal melemah, live streaming terputus, sistem penjurian digital tersendat, komunikasi panitia terganggu, hingga liputan media tersendat. Di era serba daring, gangguan jaringan sekecil apa pun bisa mengguncang seluruh rangkaian acara.
Karena itu, kesiapan jaringan internet harus ditempatkan sejajar pentingnya dengan keamanan, kesehatan, dan akomodasi. Kolaborasi dengan operator seluler seperti Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison wajib segera dilakukan untuk memperkuat kapasitas sinyal di semua venue utama. Penempatan mobile BTS tambahan harus dilakukan jauh sebelum hari H, bukan saat jaringan sudah padat.
Selain itu, penyediaan jaringan WiFi publik terbatas di titik-titik padat pengunjung dapat membantu mengurai beban jaringan seluler. Sementara untuk kepentingan teknis lomba, panitia perlu menyiapkan jaringan khusus (private network) yang terpisah dari jalur publik agar koordinasi, sistem penjurian, dan tampilan skor tetap stabil.
Kementerian Komdigi bersama Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tenggara harus turun tangan langsung memastikan penguatan infrastruktur digital selama acara. Ini bukan sekadar mendukung kelancaran teknis, tetapi menjaga marwah STQH sebagai simbol keunggulan dan persatuan bangsa.
Jangan biarkan gema lantunan ayat suci di langit Kendari tertutup keluhan: “jaringannya macet.” STQH Nasional adalah wajah kesiapan kita di mata bangsa. Stabilitas jaringan adalah syarat utama agar syiar berjalan mulus—karena di era digital, sinyal yang lemah adalah titik lemah yang nyata. (red)