PILARSULTRA.COM, Khazanah — Di antara kisah menakjubkan dalam sejarah para nabi, ada satu peristiwa yang begitu sederhana namun menggugah hati—kisah ketika Nabi Sulaiman AS melewati seorang petani, dan petani itu membisikkan sesuatu dalam hatinya yang langsung sampai kepada Allah SWT.
Kala itu, Nabi Sulaiman AS lewat bersama bala tentaranya—bukan hanya manusia, tetapi juga jin dan burung-burung. Kekuasaan dan kekayaan Nabi Sulaiman sungguh tak tertandingi. Ia memiliki kerajaan yang tak pernah dimiliki siapa pun sebelumnya dan sesudahnya. Semua itu merupakan jawaban atas doanya yang terekam dalam Al-Qur’an:
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)
Namun ketika ia melewati seorang petani yang sedang mencangkul tanah, petani itu tak menoleh, tak kagum, tak juga tunduk. Ia hanya berbisik dalam hati:
“Sulaiman itu sama saja denganku. Ia punya harta dan kekuasaan, tetapi setiap hartanya pasti akan dihisab oleh Allah. Sedangkan aku, yang tak memiliki apa-apa, pasti lebih ringan dan cepat hisabnya.”
Tanpa suara, tanpa niat menyombongkan diri. Hanya gumaman hati seorang hamba yang sadar akan akhirat.
Maka Allah pun langsung memberitahukan isi hati petani itu kepada Nabi Sulaiman.
Mendengar itu, Nabi Sulaiman AS menangis tersedu. Ia turun dari tunggangannya, menghampiri petani, memeluknya, dan berkata: “Engkau telah mengingatkanku akan hal yang nyaris kulupakan.”
Hikmah dari Kisah Ini:
- Kekayaan sejati bukan pada harta, tetapi pada keikhlasan dan kesadaran akan tanggung jawab.
- Allah Maha Mendengar bahkan bisikan hati seorang petani.
- Pemimpin sekaliber Nabi Sulaiman pun bersedia belajar dari rakyat biasa.
- Keutamaan ilmu dan kesadaran akhirat lebih tinggi dari sekadar kekuasaan dan popularitas.
Mari kita jadikan kisah ini sebagai cermin bagi diri kita sendiri. Sehebat apa pun pencapaian kita di dunia, jangan pernah lupa bahwa semua itu ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Dan sebagaimana petani itu mengingatkan Nabi, semoga kita pun mampu saling mengingatkan dalam diam maupun kata—demi jiwa yang lebih bersih, dan kehidupan yang lebih bermakna. (red)