PILARSULTRA.COM — Aksi mahasiswa di era 1990-an dikenal tidak hanya karena keberaniannya menghadapi tekanan rezim, tetapi juga karena sistem pengorganisasiannya yang rapi dan penuh strategi. Di tengah keterbatasan kebebasan berekspresi, para mahasiswa menyusun aksi dengan cermat, mulai dari membangun opini publik hingga mengantisipasi situasi darurat di lapangan.
Dalam catatan sejarah pergerakan mahasiswa yang redaksi himpun dari berbagai pihak yang terlibat langsung pada gerakan mahasiswa tahun 1990-an yang merupakan embiro gerakan besar reformasi 1998, terungkap beberapa langkah taktis seperti :
Dimulai dari Opini di Media
Tujuh hari sebelum aksi, tim mahasiswa yang terampil di bidang jurnalistik biasanya mengirimkan tulisan opini ke berbagai media cetak. Tulisan ini bertujuan menyoroti isu kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan masyarakat, sekaligus membuka ruang diskusi di ruang publik.
Publikasi opini ini menjadi fondasi awal pergerakan, karena mampu menggugah kesadaran pembaca dan memperkuat legitimasi gerakan mahasiswa.
Diskusi dan Penajaman Tuntutan
Setelah opini dimuat, mahasiswa menggelar diskusi internal untuk menajamkan isu yang akan diangkat dalam aksi. Forum-forum ini digunakan untuk menyatukan narasi, memastikan kejelasan tuntutan, dan membangun kesepahaman di antara peserta aksi.
Manajemen Aksi yang Terstruktur
Manajemen aksi dibentuk dengan struktur yang terorganisir:
- Koordinator Lapangan (Korlap): Pemimpin utama di lapangan yang mengatur jalannya aksi.
- Pelapis Korlap: Bertugas melindungi Korlap dari intervensi, baik secara fisik maupun ideologis.
- Tim Pendukung: Dibagi ke dalam beberapa bidang, antara lain:
- Dokumentasi dan Publikasi
- Peralatan Aksi
- Tim Orator
- Pengawas Narasi (bertugas memastikan poster dan spanduk tetap selaras dengan tujuan aksi)
Struktur ini memungkinkan setiap elemen aksi berjalan secara tertib, terarah, dan terhindar dari kekacauan internal.
Pernyataan Sikap dan Mobilisasi
Setelah isu dan manajemen aksi dimatangkan, mahasiswa menyusun dan mencetak pernyataan sikap yang kemudian disebarluaskan ke berbagai media. Pernyataan ini mencantumkan waktu dan lokasi aksi, sekaligus menjelaskan tuntutan yang diusung.
Pernyataan sikap tersebut menjadi dokumen resmi gerakan dan digunakan sebagai bahan komunikasi ke publik dan disampaikan kepada penguasa.
Tanpa Pemberitahuan Aparat
Di era 90-an, aksi mahasiswa umumnya tidak diberitahukan secara resmi kepada aparat keamanan, karena belum adanya payung hukum yang jelas terkait unjuk rasa. Meski begitu, sistem koordinasi internal mahasiswa cukup kuat untuk menjaga ketertiban dan keselamatan.
Titik Kumpul Jika Terjadi Chaos
Mahasiswa juga menetapkan titik kumpul darurat jika terjadi gangguan atau kekacauan di lapangan. Hal ini mengantisipasi kemungkinan intervensi pihak ketiga yang bisa menimbulkan konflik dan membelokkan arah aksi.
Mewarisi Semangat Strategis
Model manajemen aksi mahasiswa tahun 1990-an menjadi catatan penting dalam sejarah pergerakan kampus di Indonesia. Gerakan mereka bukan hanya tentang keberanian, tetapi juga tentang kecerdasan strategi, kedisiplinan organisasi, dan kesadaran kolektif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Kini, ketika ruang demokrasi telah lebih terbuka, semangat itu masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan oleh generasi mahasiswa masa kini agar tujuan aksi untuk kepentingan rakyat tentunya bisa tercapai tanpa chaos. (red)