Pernyataan Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara, Dr. Muh. Endang SA, yang menyarankan Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR), untuk tidak memprioritaskan pembangunan Jembatan Muna-Buton, mendapat tanggapan tegas dari Visioner Indonesia. Dalam siaran pers resminya, Visioner Indonesia menilai kritik tersebut tidak berdasar dan menunjukkan bias politis yang justru mengabaikan urgensi konektivitas wilayah kepulauan Sulawesi Tenggara.
Menurut Sekretaris Jenderal Visioner Indonesia, Akril Abdillah, pembangunan Jembatan Muna-Buton bukanlah proyek yang berdiri sendiri atau sekadar menghubungkan dua pulau seperti yang disederhanakan oleh Endang. “Faktanya, jembatan ini akan menjadi penghubung strategis yang mempercepat konektivitas dan integrasi antardaerah di tujuh kabupaten/kota di Sultra, yakni Muna, Muna Barat, Buton, Buton Tengah, Buton Selatan, Baubau, hingga Buton Utara,” ungkap Akril, di Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Menurutnya, pembangunan jembatan ini merupakan bagian dari visi besar untuk mengoreksi ketimpangan pembangunan antara wilayah daratan dan kepulauan. “Ini bukan sekadar ambisi membangun infrastruktur, tapi bentuk keberpihakan nyata kepada masyarakat kepulauan yang selama ini terpinggirkan. Kita sedang berbicara tentang keadilan pembangunan, bukan proyek mercusuar,” tegasnya.
Menanggapi klaim bahwa proyek ini tidak masuk dalam delapan visi-misi ASR-Hugua saat Pilkada 2024, Visioner Indonesia menegaskan bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya berpegang pada dokumen kampanye, tetapi juga mampu merespons aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat. “Sejak dilantik, Gubernur ASR banyak menerima aspirasi langsung dari masyarakat Muna dan Buton. Aspirasi itu tak bisa diabaikan. Kepemimpinan yang baik harus adaptif, bukan kaku,” lanjut Akril.
Visioner Indonesia juga membantah tudingan bahwa pemerintahan ASR-Hugua pasif dan minim terobosan selama 100 hari pertama. Justru sebaliknya, ASR sedang fokus pada pembenahan mendasar yang selama ini diabaikan: mulai dari penataan fiskal, reformasi birokrasi, hingga penguatan sistem layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. “Kalau tidak dibenahi dari hulu, program-program ke depan akan rapuh. ASR sedang membangun fondasi, bukan sekadar mengejar headline,” tambahnya.
Terkait, soal anggapan bahwa ASR gagal membangun sinergi dengan kepala daerah, Visioner Indonesia menampik hal itu. Dalam dua bulan terakhir, ASR telah bertemu mayoritas kepala daerah di Sultra untuk memperkuat koordinasi pembangunan, termasuk percepatan layanan penerbangan di Bandara Sugimanuru dan Bandara Matahora yang selama ini terkendala regulasi pusat.
Sementara, di sektor lingkungan dan sumber daya alam, Visioner Indonesia menyayangkan pernyataan Endang soal ketidakjelasan roadmap pembangunan. Saat ini, Pemerintah Provinsi Sultra tengah menyusun masterplan penanganan banjir Kota Kendari bersama Kementerian PUPR dan Bappenas. Ini adalah langkah konkret yang menunjukkan bahwa pemerintah provinsi bergerak secara sistematis dan lintas sektor.
Tak hanya itu, Gubernur ASR juga aktif menyuarakan isu keadilan fiskal terkait Dana Bagi Hasil (DBH) SDA ke pemerintah pusat, termasuk dalam forum resmi bersama Komisi II DPR RI. “Ini bukan curhat, ini advokasi strategis. ASR ingin Sultra bukan hanya sebagai wilayah penghasil, tapi juga wilayah yang merasakan manfaat nyata dari sumber daya alamnya,” ujar Akril.
Visioner Indonesia mengingatkan agar kritik yang dilontarkan para tokoh politik ke ruang publik tetap berbasis data dan konteks yang benar, bukan semata penggiringan opini untuk kepentingan politik jangka pendek. Dalam masa transisi awal pemerintahan baru, diperlukan ruang kerja yang kondusif agar program-program prioritas dapat dijalankan secara optimal.
“ASR tidak sedang membangun pencitraan, tetapi sedang membangun sistem. Gaya kepemimpinannya tidak gaduh, tetapi substansial. Dan hari ini, itulah yang dibutuhkan Sulawesi Tenggara pemimpin yang bekerja dalam diam, bukan yang hanya sibuk berbicara,” ujar Akril.
Sebagai penutup, Visioner Indonesia menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan Jembatan Muna-Buton akan menjadi fondasi penting bagi konektivitas wilayah ke depan. Jika jembatan ini telah terwujud, langkah selanjutnya yang lebih strategis adalah menghubungkan Pulau Muna dengan daratan utama Sulawesi di Konawe Selatan. Dengan demikian, cita-cita konektivitas menyeluruh Sultra akan semakin mendekati kenyataan.
Akril Abdillah
Sekretaris Jenderal Visioner Indonesia