PILARSULTRA.COM, Budaya — Dari laut Buton dan Muna hingga daratan Tolaki dan Moronene, empat suku besar ini bukan sekadar etnis; mereka adalah jiwa yang membentuk Sulawesi Tenggara (Sultra). Di tangan mereka, sejarah, adat, dan nilai-nilai kebersamaan tumbuh menjadi identitas yang mengikat seluruh anak negeri di jazirah tenggara Sulawesi ini.
Empat suku tersebut dikenal sebagai “4 Pilar Sultra”: Tolaki, Muna, Buton, dan Moronene. Mereka bukan hanya pewaris wilayah adat, tetapi juga pilar moral dan kultural yang menopang peradaban daerah. Dari pesisir hingga pegunungan, semangat mereka menyatu dalam satu nama: Sultra.
Tolaki: Penjaga Martabat dan Adat
Suku Tolaki mendiami wilayah Konawe Raya, Kolaka, dan Kendari. Falsafah hidup mereka, Inae konasara ie pinesara, inae liasara ie pinekasara – “Siapa yang menjaga adat akan dimuliakan, siapa yang melanggar adat akan dihukum” – menjadi dasar etika sosial di banyak daerah.
Nilai mosara (kehormatan) menjadi roh kehidupan masyarakat Tolaki. Sistem adatnya yang berlapis dan teratur telah memberi pengaruh besar pada tatanan pemerintahan lokal di Sultra.
Buton (Wolio): Peradaban Maritim dan Warisan Kesultanan
Suku Buton dengan pusat sejarah di Baubau dikenal lewat warisan agung Kesultanan Buton, salah satu sistem pemerintahan adat paling maju di Nusantara. Kesultanan ini memiliki konstitusi tertulis bernama Martabat Tujuh, simbol kecerdasan hukum dan spiritualitas bangsa maritim.
Sebagai pelaut tangguh, masyarakat Buton berperan besar dalam penyebaran Islam dan jaringan perdagangan di wilayah timur Indonesia. Jejaknya masih tampak dari arsitektur benteng Wolio hingga bahasa Buton yang kaya akan pengaruh Arab dan Melayu klasik.
Muna: Negeri Para Cendekia
Suku Muna, yang mendiami Pulau Muna, dikenal dengan tradisi intelektual dan tata nilai sosial yang menjunjung kesantunan. Falsafah hidup mereka menekankan keseimbangan antara akal dan hati.
Dalam sejarah, kerajaan-kerajaan Muna dikenal teratur dan berdisiplin, menciptakan masyarakat yang adaptif dan berpendidikan tinggi. Dari generasi Muna lahir banyak tokoh pemerintahan dan cendekiawan yang berperan besar dalam membangun Sultra modern.
Moronene: Pewaris Tanah Tua dan Penjaga Alam
Suku Moronene diyakini sebagai suku tertua di jazirah Sulawesi Tenggara. Mereka mendiami wilayah Kolaka, Bombana, dan Konawe bagian barat.
Masyarakat Moronene hidup selaras dengan alam. Dalam adat mereka, hutan, tanah, dan air bukan sekadar sumber kehidupan, tapi bagian dari jiwa manusia. Karena itu, mereka dikenal sebagai penjaga keseimbangan ekologis Sultra dan simbol perjuangan pelestarian tanah adat.
Identitas yang Menyatukan
Empat pilar suku ini menyatu dalam satu harmoni besar: persaudaraan tanpa batas geografis. Tolaki menjadi penjaga daratan, Buton dan Muna penakluk lautan, sementara Moronene menjaga keseimbangan alam.
Dari laut ke daratan, empat suku ini mengajarkan bahwa Sultra tidak dibangun oleh batu atau besi, melainkan oleh jiwa, adat, dan rasa hormat kepada leluhur.
Kini, di tengah modernisasi yang kian cepat, semangat “4 Pilar Sultra” harus terus dijaga sebagai penuntun arah agar generasi muda tidak hanya mengenal kemajuan, tetapi juga mengingat dari mana akar kebanggaannya berasal. (tin)












