PILARSULTRA.COM, Kendari — Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ir. Hugua, M.Ling., menjadi narasumber utama dalam Seminar Nasional Hari Besar Lingkungan Hidup yang digelar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Halu Oleo (UHO), Kamis (25/9/2025), di Gedung Sport Center UHO.
Seminar bertema “Transformasi Lingkungan Melalui Revitalisasi Pelestarian untuk Sumber Daya Alam Kampus UHO” ini menghadirkan ratusan peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa. Selain Wagub Hugua, hadir pula pemateri dari Walhi Sultra, Puspaham, pemerhati lingkungan Iskandar Wijaya, serta perwakilan DLH Sultra, Muh. Arfandi.
Dalam pemaparannya, Hugua menekankan pentingnya pembangunan lingkungan yang terintegrasi dan berkelanjutan, yang tidak hanya berdampak pada ekologi, tetapi juga memberi manfaat besar pada ekonomi dan sosial masyarakat.

“Visi besar Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita, khususnya cita ke-8, mengajarkan kita tentang harmoni dengan alam, sosial, budaya, dan agama. Semua ini menjadi dasar penting menjaga keberlanjutan lingkungan,” ungkapnya.
Hugua memaparkan tiga komponen utama dalam tata kelola lingkungan: biotik, abiotik, dan sosial budaya. Biotik mencakup semua makhluk hidup, abiotik mencakup unsur tak hidup seperti air dan tanah, sementara sosial budaya meliputi nilai, tradisi, dan kearifan lokal.
“Kalau kita mampu menyeimbangkan ketiganya, maka tata kelola lingkungan akan berjalan dengan baik,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Hugua juga mengkritisi praktik perusakan lingkungan seperti penggunaan bom ikan, perdagangan gelap, coral bleaching, hingga eksploitasi batu karang. Ia menekankan pentingnya langkah nyata berupa konservasi, sosialisasi kesadaran lingkungan, serta pengawasan pemerintah dan taman nasional.
Menurutnya, praktik pembangunan lingkungan yang baik akan menghasilkan tiga dampak besar:
- Ekonomi – meningkatnya PDRB per kapita dan terbukanya peluang usaha berkelanjutan.
- Kelestarian – tutupan terumbu karang membaik, populasi ikan dan penyu meningkat, praktik ilegal berkurang.
- Sosial – kapasitas nelayan meningkat, tumbuhnya kemitraan dengan pihak luar, kepercayaan lembaga donor, dan naiknya Indeks Modal Manusia (IMM).
“Kalau praktik-praktik baik ini dijalankan, pembangunan lingkungan tidak hanya menjaga ekosistem, tapi juga menyejahterakan masyarakat,” jelas Hugua.
Acara ditutup dengan sesi diskusi interaktif. Mahasiswa antusias bertanya tentang tantangan konservasi, peran generasi muda, serta strategi menjaga keseimbangan alam di tengah gempuran pembangunan. (IKP/Ps)