PILARSULTRA.COM, Kendari — Di tengah fluktuasi harga pangan yang kerap membuat kantong masyarakat menjerit, Pemprov Sulawesi Tenggara menghadirkan inovasi sederhana namun strategis: pasar tani. Dari Kota Kendari hingga ke 17 kabupaten dan kota, pasar tani menjadi jembatan langsung antara petani dan konsumen, memastikan hasil panen terserap optimal dan harga tetap terjangkau.
Cerita di Lapangan
Sejak Februari 2025, enam pasar tani telah digelar di titik-titik strategis Kota Kendari. Warga dapat membeli cabai, tomat, dan sayuran langsung dari petani dengan harga lebih bersahabat. Menurut La Ode Muhammad Rusdin Jaya, Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, pasar tani bukan sekadar transaksi, tapi juga sarana menjaga ketahanan pangan daerah.
“Produksi cabai dan tomat kita sebenarnya melimpah, tapi distribusinya tidak merata. Ada daerah panen besar, sementara kabupaten lain kosong. Pasar tani hadir untuk menyeimbangkan distribusi itu,” ujar Rusdin mengutip Antara (19/9).
Strategi dan Dampak
Selain menstabilkan harga pangan, pasar tani menjadi alat edukasi bagi petani dan masyarakat:
- Petani mendapat akses pasar langsung tanpa perantara, meningkatkan pendapatan.
- Konsumen mendapatkan produk segar dengan harga wajar.
- Pemerintah dapat memantau ketersediaan pangan dan mencegah inflasi lokal.
Program ini juga diperkuat dengan budi daya maggot, bantuan benih dan pupuk, serta gerakan pangan murah, yang semuanya tertuang dalam RPJMD 2025–2029.
Visi ke Depan
Gubernur Sultra Andi Sumangerukka menekankan, pasar tani akan diperluas ke seluruh 17 kabupaten/kota, dengan volume produk lebih besar dan melibatkan lebih banyak kelompok tani. Harapannya, pasar tani tidak hanya menstabilkan harga, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam ketahanan pangan Sultra. (bar)