PILARSULTRA.COM, EDITORIAL — Penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan membuka babak baru harapan publik atas arah ekonomi nasional. Langkah awalnya yang agresif menata ulang alokasi anggaran, menekan kebocoran fiskal, dan mengarahkan investasi ke sektor produktif menunjukkan keseriusan membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan sehat.
Namun gebrakan saja tidak cukup. Perlu keberlanjutan, keteguhan visi, dan kemampuan merangkul seluruh kekuatan nasional. Di titik inilah, kita dapat menengok pada pengalaman kebangkitan Tiongkok sebagai inspirasi.
Belajar dari Kebangkitan Tiongkok
Tiga dekade lalu, Tiongkok bangkit dari kemiskinan massal menjadi kekuatan ekonomi dunia. Kunci utamanya adalah konsistensi strategi pembangunan jangka panjang.
Reformasi pasar dimulai dari sektor pertanian dan industri ringan, diiringi keterbukaan investasi asing, sambil tetap menjaga kendali negara atas sektor strategis.
Negara Tiongkok mendorong pendidikan, infrastruktur, dan inovasi teknologi secara massif, menciptakan basis produksi yang kompetitif dan terintegrasi global. Mereka tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi membangun kapasitas nasional agar tahan terhadap gejolak global.
Pelajaran pentingnya yang bisa kita petik adalah pembangunan butuh waktu, kesabaran, dan keberanian mengambil keputusan strategis yang mungkin tidak populer pada awalnya.
Strategi Konkret yang Bisa Diadopsi
Jika ingin membangun gebrakan yang berlanjut menjadi lompatan, ada beberapa langkah strategis yang dapat ditempuh Purbaya Yudhi Sadewa:
1. Kebijakan Industrialisasi Bertahap
Fokus awal pada penguatan industri dasar (pangan, tekstil, baja ringan, energi terbarukan), baru kemudian mendorong manufaktur bernilai tambah tinggi. Ini akan membangun rantai pasok nasional yang utuh.
2. Insentif Teknologi dan R&D
Dorong investasi swasta di bidang teknologi melalui insentif pajak, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan skema pendanaan riset. Tiongkok memacu inovasi dengan menghubungkan kampus, industri, dan negara secara erat.
3. Konektivitas Infrastruktur Massif
Prioritaskan anggaran untuk konektivitas logistik antarwilayah—jalan, pelabuhan, dan jaringan digital—agar biaya produksi turun dan daya saing industri daerah meningkat.
4. Penguatan SDM Nasional
Reformasi kurikulum vokasi dan politeknik agar sesuai kebutuhan industri masa depan. Fokus ke keterampilan teknik, digital, dan manajerial menengah yang menopang industrialisasi.
5. Kedaulatan Fiskal yang Disiplin
Pangkas belanja tidak produktif, tingkatkan penerimaan dari basis pajak yang lebih luas, dan cegah ketergantungan pada utang luar negeri jangka pendek.
Momentum yang Harus Dijaga
Gebrakan awal hanya menjadi catatan sejarah jika tidak diikuti ketekunan merawat arah. Seperti Tiongkok, Indonesia memerlukan cetak biru ekonomi jangka panjang lintas rezim, yang dijaga bersama di atas kepentingan politik jangka pendek.
Purbaya punya peluang emas: menegakkan disiplin fiskal tanpa mematikan daya beli, mendorong investasi tanpa mengorbankan kepentingan nasional, dan membangun kapasitas industri dalam negeri agar tidak hanya menjadi pasar bagi produk asing.
Gebrakan boleh memikat, tapi keberlanjutanlah yang membangun peradaban ekonomi. (red)