PILARSULTRA.COM, Baubau — Langkah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menetapkan delapan kalender event pariwisata tetap setiap tahun bukan sekadar agenda seremonial. Wakil Gubernur Sultra Hugua menyebut, strategi ini adalah upaya mengangkat nama Kepulauan Buton di peta wisata dunia. Namun, di balik optimisme itu, ada pekerjaan rumah yang tidak ringan: kesiapan ekosistem pariwisata.
Dalam audiensi bersama pelaku industri pariwisata di Baubau, Sabtu (9/8/2025), Hugua menegaskan kunci utama adalah aksesibilitas. Kedatangan pesawat berbadan lebar Super Air Jet ke Baubau dengan tiket di bawah Rp1 juta dianggap sebagai momentum langka yang harus dimanfaatkan.
Selain akses, Buton punya “harta” yang tidak dimiliki banyak daerah: warisan budaya Keraton Buton, peradaban abad ke-15 yang menjadi magnet wisata sejarah.
“Kemajuan Baubau adalah barometer bagi seluruh Kepulauan Buton,” kata Hugua.
Namun, jika wisatawan tak kunjung datang, kata Wagub, potensi itu hanya akan menjadi cerita di atas kertas. “Yang dilatih tidak terpakai, yang bangun hotel tidak terpakai,” ujarnya, menekankan perlunya kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, asosiasi pariwisata, hingga kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Analisa Peluang dan Tantangan
Rencana delapan event tahunan ini adalah optimisme yang tentu diikuti pula oleh tantangan lapangan. Daerah seperti Banyuwangi atau Toraja misalnya menunjukkan bahwa kalender event yang konsisten dapat meningkatkan kunjungan wisata secara signifikan.
Namun, kuncinya ada di eksekusi: promosi global yang tepat sasaran, kualitas atraksi yang terjaga, dan integrasi dengan paket perjalanan yang memudahkan wisatawan.
Tantangan Buton bukan hanya soal atraksi, tetapi juga infrastruktur pendukung: kualitas bandara dan pelabuhan, keterhubungan antar-pulau, layanan transportasi lokal, hingga kebersihan dan keamanan. Tanpa itu, event bisa ramai oleh warga lokal tapi gagal menarik wisatawan mancanegara yang menjadi target utama.
Bahkan, bila event sudah ditetapkan, tantangan lain adalah konsistensi anggaran. Banyak daerah memulai dengan gegap gempita namun mundur di tahun-tahun berikutnya karena alokasi dana tak berkelanjutan.
Kalender event tahunan Buton adalah ide strategis yang patut diapresiasi. Tetapi, suksesnya akan bergantung pada keseriusan membangun ekosistem: dari perencanaan, promosi, infrastruktur, hingga kesiapan masyarakat sebagai tuan rumah. Tanpa itu, Buton yang kaya akan sejarah akan berisiko memiliki kalender cantik yang tidak teralisasi. (pan)