Delapan bulan sudah duet kepemimpinan Andi Sumangerukka (ASR) dan Hugua mengemban amanah sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara. Waktu yang singkat dalam ukuran pembangunan, namun cukup memberi gambaran arah dan corak kepemimpinan baru di Bumi Anoa.
Sejak awal, pasangan ini hadir dengan narasi kuat akan perubahan: menghadirkan pemerintahan yang bersih, inklusif, dan berorientasi pada rakyat.
Beberapa langkah telah nyata terlihat, mulai dari penguatan program subsidi transportasi laut dan darat, penekanan inflasi melalui operasi pasar, peningkatan ruang dialog antara pemerintah dengan masyarakat sipil, percepatan infrastruktur jembatan, perbaikan jalan hingga menjalin komunikasi kolaboratif dengan dunia kampus dan sekolah.
Tentu, perjalanan delapan bulan belum bisa menampakkan hasil besar. Namun, benih kepercayaan mulai tumbuh. Publik menyaksikan gaya kepemimpinan yang relatif terbuka. ASR dengan ketegasan manajerialnya, Hugua dengan sentuhan diplomasi sosial yang hangat. Duet ini masih terus mencari keseimbangan agar visi besar Pemeritahan yang dipimpinnya dapat berjalan dalam harmoni.
Namun demikian, refleksi ini tidak boleh berhenti pada apresiasi. Tantangan masih terbentang di depan mata. Pekerjaan rumah klasik Sultra tentang ketimpangan pembangunan antar wilayah, pengangguran, tata kelola pertambangan, hingga peningkatan layanan kesehatan menunggu langkah lebih konkret dan berkesinambungan.
Publik berharap, keduanya tidak terjebak pada asumsi pencitraan, melainkan benar-benar mampu menghadirkan kebijakan yang berdampak nyata pada kesejahteraan rakyat Sulawesi Tenggara.
Saat ini Sulawesi Tenggara sedang berada pada titik krusial. Kehadiran kepemimpinan baru di tahun pertama harus menjadi fondasi kuat, bukan sekadar fase adaptasi. Oleh sebab itu, delapan bulan ini layak menjadi cermin untuk menyusun strategi lebih terukur di masa selanjutnya
Pemerintahan ASR–Hugua dalam waktu delapan bulan ini telah menorehkan langkah dinamis dalam merespon kondisi yang ada; dan masih memiliki waktu untuk menjadikan Sultra lebih sejahtera, adil, dan berdaya saing.
Pilar harapan itu sudah ditancapkan, kini yang dibutuhkan adalah konsistensi, kerja nyata, dan keberanian mengambil keputusan strategis terkhusus peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) guna keleluasaan membangun Sultra lebih sejahtera. (red)