PILARSULTRA.COM — Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara mencatat bahwa per Maret 2024, jumlah penduduk miskin di provinsi ini mencapai 321,53 ribu jiwa atau 11,43 persen dari total populasi. Angka ini meningkat sekitar 11,74 ribu jiwa dibanding Maret 2022, atau naik 3,79 persen. Padahal, data ketenagakerjaan di tahun yang sama menunjukkan tren positif: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 72,81 persen, dan pengangguran menurun dari 3,15 persen (2023) menjadi 3,09 persen di 2024. (BPS Volume 37, 2025)
Lalu, mengapa kemiskinan justru naik di tengah meningkatnya jumlah orang yang bekerja?
Pekerjaan Belum Menjamin Kesejahteraan
Rinciannya mengungkap fakta menarik: dari 1,43 juta penduduk yang bekerja, sebagian besar berada di sektor pertanian (479.731 orang), dan sebanyak 165.674 orang bekerja sebagai pekerja keluarga atau tidak dibayar.
Artinya, meskipun mereka secara statistik “bekerja”, banyak di antaranya yang tidak menerima penghasilan layak. Sementara itu, garis kemiskinan sebesar Rp 443.980 per bulan atau hanya sekitar Rp 15 ribu per hari, sulit mencukupi kebutuhan hidup dasar jika tidak didukung pendapatan stabil.
Kondisi ini mencerminkan tantangan nyata: masyarakat bekerja, namun tidak cukup produktif atau tidak punya akses ke pekerjaan berkualitas. Harga kebutuhan pokok yang terus meningkat, keterbatasan akses pendidikan dan pelatihan, serta ketimpangan ekonomi antarwilayah, turut memperburuk situasi.
Pemerintah Bergerak, Masyarakat Bangkit
Menanggapi hal ini, Gubernur Andi Sumangerukka bersama Pemprov Sultra terus menggulirkan berbagai program untuk mengatasi kemiskinan secara struktural dan berkelanjutan:
- Bantuan sosial dan perlindungan masyarakat rentan
- Pelatihan keterampilan kerja dan wirausaha
- Pemberdayaan UMKM lokal berbasis desa
- Pembangunan infrastruktur di wilayah tertinggal
Namun, pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media harus turut ambil bagian. Mendorong inovasi, membentuk jejaring usaha kecil, mengembangkan pertanian modern, dan mengoptimalkan potensi lokal menjadi kunci menuju perubahan.
Saatnya Bangkit Bersama
Kemiskinan bukan sekadar angka. Ia adalah kenyataan hidup bagi ratusan ribu warga Sultra. Tapi di balik itu, ada harapan, harapan bahwa setiap warga Sultra berhak atas kehidupan yang layak Harapan bahwa dengan kolaborasi dan kerja nyata, kita bisa keluar dari jerat kemiskinan.
Karena keluar dari kemiskinan bukan impian, tapi misi bersama yang bisa diwujudkan. (bar)