Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita sering melihat para pejabat yang semakin kuat kekuasaannya, makin luas pengaruhnya, dan hartanya mengalir deras. Namun di balik itu semua, tersembunyi praktik maksiat: suap, gratifikasi, korupsi, dan penindasan terhadap rakyat kecil.
Mereka tampak tenang. Tidak pernah tersentuh hukum. Bahkan sebagian dianggap dermawan karena suka menyumbang di depan kamera. Tapi tahukah kita, nikmat yang terus mengalir di tengah kemaksiatan itu bukan pertanda ridha Allah — melainkan istidraj?
Apa Itu Istidraj?
Allah berfirman:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba…” (QS. Al-An’am: 44)
Istidraj adalah bentuk ujian yang paling menipu. Allah membiarkan seorang hamba makin naik dan makin kaya, agar ia semakin jauh dari tobat, semakin sombong, dan akhirnya dibinasakan secara hina.
Kekuasaan yang Menipu
Korupsi adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Tapi mengapa pelakunya tetap eksis dan justru naik pangkat?
Jawabannya mungkin satu: Allah sedang mengistidraj mereka. Mereka disilaukan oleh dunia, diberi kesempatan untuk terus melampaui batas, agar kelak dijatuhkan dengan azab yang sangat menyakitkan, baik di dunia maupun akhirat.
“Apabila kamu melihat Allah memberi dunia kepada orang yang durhaka terhadap-Nya sesuai dengan apa yang dia sukai, maka itu adalah istidraj.”
(HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani)
Hati-Hati dengan Nikmat
Bukan semua yang tampak nikmat adalah rahmat. Kadang itu adalah jerat — yang mematikan perlahan. Korupsi yang terus dibiarkan tanpa pertobatan hanya akan mempercepat kehancuran.
Bagi siapa pun yang diberi amanah jabatan: bertaqwalah. Karena nikmat kekuasaan bisa jadi jebakan istidraj jika tidak digunakan untuk menegakkan keadilan.
Dan bagi rakyat, mari kita terus berdoa, bersuara, dan menjaga nurani, agar bangsa ini tidak tenggelam dalam istidraj yang kolektif. (red)