PILARSULTRA.COM — Siapa yang tak mengenal Nabi Sulaiman AS? Seorang nabi sekaligus raja besar yang disebut dalam Al-Qur’an memiliki kekuasaan luar biasa: bisa bicara dengan binatang, memerintah jin, dan mengatur angin. Tapi satu hal yang paling membuat banyak orang penasaran adalah: dari mana Nabi Sulaiman mendapatkan kekayaannya?
Apakah kekayaan Nabi Sulaiman murni dari mukjizat? Atau ada usaha dan strategi yang bisa dijadikan pelajaran oleh manusia biasa?
Kekayaan Nabi Sulaiman Bukan Sekadar Karunia Langit
Dalam QS. Shad ayat 35–39, Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman untuk diberi kerajaan yang tak pernah dimiliki siapa pun sebelumnya. Tapi doa itu tak datang kosong. Nabi Sulaiman mengelola kekayaan dengan kerja keras, strategi, dan pengelolaan sumber daya.
Nabi Sulaiman memerintahkan pasukan jin untuk menyelam ke dasar laut, mencari mutiara dan harta karun di dalam bumi. Ia juga memerintah mereka untuk membangun istana, patung, dan kolam besar dari emas dan perunggu cair.
“Dan Kami tundukkan untuknya sebagian setan yang menyelam ke dalam laut untuknya dan mengerjakan pekerjaan lain selain itu…” — (QS. Al-Anbiya: 82)
Jin-jin itu digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat — termasuk pertambangan dan eksplorasi sumber daya alam.
Nabi Sulaiman Menguasai Akses dan Teknologi Sumber Daya
Ilmu Nabi Sulaiman bukan hanya soal mukjizat, tetapi juga manajemen kekuasaan dan kecakapan logistik. Dalam kisah pemindahan singgasana Ratu Balqis, misalnya, terlihat bagaimana beliau memiliki akses teknologi tinggi melalui hamba bernama Asif bin Barkhiya, yang mampu memindahkan singgasana sekejap mata.
Dalam konteks kekayaan, Nabi Sulaiman memahami bahwa kekuatan besar datang dari pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya makhluk termasuk jin.
Pelajaran bagi kita: Kuasai Sumber Daya, Tapi Jangan Lupa Tuhan
Manusia sering kagum pada tokoh kaya tapi lupa bahwa kekayaan yang diberkahi bukan semata-mata soal uang atau emas. Nabi Sulaiman tetap berdoa kepada Allah dan bersyukur atas setiap anugerah-Nya.
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.” — (QS. An-Naml: 40)
Jadi, apakah Nabi Sulaiman kaya? Sangat kaya. Tapi bukan karena ia hanya diam dan menunggu. Beliau mengerahkan kemampuan, mengatur pasukan, mengelola sumber daya lalu menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.
Kekayaan Nabi Sulaiman adalah kombinasi antara ilmu, kekuasaan, kerja nyata, dan keimanan. Ia bukan hanya raja dunia, tapi juga hamba Allah yang taat.
Pertanyaannya untuk kita, sudahkah mengelola apa yang Allah beri, sekecil apa pun itu, dengan penuh tanggung jawab seperti Nabi Sulaiman?