PILARSULTRA.COM — Sulawesi Tenggara tidak hanya kaya akan budaya, pesona dan sumber daya alam, tetapi juga menjadi rumah bagi salah satu hewan endemik paling langka di Indonesia, yakni anoa.
Hewan berkaki empat yang menyerupai kerbau mini ini merupakan maskot kebanggaan Provinsi Sultra dan simbol penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis di kawasan Wallacea.
Secara ilmiah, anoa terbagi dalam dua spesies; (1) Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), dan (2) Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi)
Keduanya hidup tersebar di hutan primer Sulawesi, termasuk kawasan hutan lindung dan Taman Nasional seperti Rawa Aopa Watumohai. Meski tergolong satwa liar, anoa memiliki sifat pemalu dan lebih sering beraktivitas di area yang minim gangguan manusia.
Status Konservasi dan Ancaman
Saat ini, anoa berada dalam status terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasinya terus menurun akibat perburuan liar untuk daging dan tanduknya, konversi hutan menjadi lahan tambang atau perkebunan dan konflik dengan manusia, termasuk penangkapan ilegal. Saat ini Anoa diperkirakan hanya tersisa kurang dari 5.000 ekor di alam liar.
Makna Budaya dan Simbolik
Bagi masyarakat Sulawesi Tenggara, anoa bukan sekadar hewan liar. Dalam beberapa budaya lokal, anoa dianggap sebagai simbol kekuatan, penjaga teritorial yang teguh, ketekunan, dan kearifan alam.
Bahkan, dalam lambang daerah, keberadaan anoa menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan alam yang dijaga turun-temurun.
Pemerintah dan berbagai organisasi lingkungan telah melakukan beberapa langkah untuk menyelamatkan anoa misalnya dengan mendirikan pusat konservasi dan rehabilitasi satwa liar, mengedukasi masyarakat sekitar hutan dan mengawasi secara ketat terhadap aktivitas perburuan dan perdagangan ilegal
Namun, tantangan terbesar tetap pada kesadaran masyarakat dan komitmen jangka panjang untuk menjaga habitatnya.
Ajakan untuk Bertindak
Anoa adalah warisan alam yang tidak bisa digantikan. Bila kita tidak segera bertindak, bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade ke depan, generasi muda Sulawesi Tenggara hanya akan mengenal anoa lewat gambar dan cerita.
Menjaga kelestarian anoa berarti menjaga identitas dan keberlanjutan kehidupan di bumi anoa.
Redaksi mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan pelestarian fauna endemik, demi masa depan lingkungan dan budaya yang lebih baik. (red)