PLARSULTRA.COM, Global — Ketegangan antara Iran dan Israel tak lagi terbatas pada serangan fisik di medan tempur. Dalam beberapa bulan terakhir, eskalasi perang kini merambah ke ruang digital, menyusul peningkatan drastis serangan siber yang dilancarkan oleh kelompok peretas yang diduga terafiliasi dengan Iran terhadap sistem siber Israel.
Menurut laporan dari The Jerusalem Post, Senin, (16/06), serangan siber terhadap Israel naik hampir 700 persen jika dibandingkan dengan sebelum insiden 12 Juni 2025.
Hal ini disampaikan oleh perusahaan keamanan siber bernama Radware pada Minggu; dari data mereka, serangan ini berupa aktivitas serangan jaringan yang menargetkan infrastruktur Israel.
Bukan hanya kelompok hacker Iran, serangan siber yang terorganisasi ini dilakukan juga oleh berbagai kelompok hacker yang menentang Israel. Mereka biasanya bersekutu melalui saluran Telegram publik dan private.
“Peningkatan aktivitas jahat sebesar 700 persen ini hanya dalam kurun waktu dua hari dan bermula dari operasi pembalasan siber oleh aktor negara Iran dan kelompok peretas pro-Iran,” kata Ron Meyran, VP Cyber Threat Intelligence di Radware.
Sebelumnya diketahui danya Laporan dari Israel National Cyber Directorate mengungkap bahwa serangan siber dari Iran dan proksinya meningkat hingga 300 persen sejak konflik Gaza–Israel meletus pada Oktober 2023.
Serangan tersebut mencakup teknik phishing, Distributed Denial of Service (DDoS), hingga upaya penetrasi jaringan sensitif milik perusahaan jasa dan infrastruktur strategis.
Microsoft dan sejumlah lembaga keamanan digital internasional mengidentifikasi 14 kelompok hacker asal Iran yang terlibat aktif dalam kampanye ini. Salah satu yang paling menonjol adalah CyberAv3ngers, kelompok siber yang bertanggung jawab atas serangan terhadap sistem kontrol air dan energi di sejumlah negara, termasuk Israel dan Amerika Serikat.
“Awalnya serangan bersifat oportunistik dan propaganda, namun kini mengarah pada sabotase sistemik,” tulis Microsoft dalam laporan keamanan sibernya bulan Mei 2025.
Menanggapi lonjakan ancaman ini, Israel memperkuat sistem pertahanan digital melalui pembangunan infrastruktur Cyber Dome, yang berfungsi layaknya sistem Iron Dome namun dalam domain siber. Pemerintah Israel juga mengalokasikan dana sebesar NIS 12 miliar (sekitar USD 3,2 miliar) untuk memperkuat pertahanan dan merespons insiden siber yang terjadi sepanjang tahun 2024 hingga 2025.
Pakar keamanan dari Foundation for Defense of Democracies (FDD), Joe Truzman, menyebut bahwa pertarungan di dunia maya kini menjadi front utama dalam konflik geopolitik modern.
“Konflik ini adalah gambaran bagaimana siber menjadi teater perang baru. Di sinilah Iran mencoba mengeksploitasi celah untuk menekan lawan tanpa harus melibatkan peluru atau rudal,” ujarnya.
Serangan siber yang semakin kompleks ini menunjukkan bahwa perang di masa depan tidak hanya akan terjadi di udara, darat, dan laut, melainkan juga di ruang maya yang tak berbatas. Komunitas internasional pun diimbau untuk meningkatkan kerja sama dan sistem pertahanan siber yang lebih kuat dan terintegrasi. (bar)