PILARSULTRA.COM, St. Petersburg/TASS (19/6) — Moskow memperingatkan Washington agar tidak ikut campur dalam aksi militer terhadap Iran, karena hal ini akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat dikendalikan, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam jumpa pers di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF).
“Kami ingin secara khusus memperingatkan Washington agar tidak melakukan intervensi militer dalam situasi ini, yang akan menjadi langkah yang sangat berbahaya dengan konsekuensi negatif yang benar-benar tidak dapat diprediksi,” katanya.
Zakharova menekankan bahwa Rusia secara aktif terlibat dalam upaya politik dan diplomatik yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
“Prioritas saat ini adalah menghentikan eskalasi kekerasan, mencapai gencatan senjata, dan memulihkan perdamaian. Langkah-langkah ini sangat penting untuk menciptakan kondisi yang diperlukan guna membawa situasi kembali ke meja perundingan. Kami berkomitmen untuk memfasilitasi proses ini dengan segala cara yang memungkinkan,” ungkapnya.
Zakharova mengingat bahwa pada hari pertama konflik semakin memanas, Presiden Rusia Vladimir Putin terlibat dalam diskusi telepon dengan Perdana Menteri Israel dan Presiden Iran. Keesokan harinya, ia berbicara dengan mitranya dari AS, dan kemudian mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Turki dan UEA.
“Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga aktif berkomunikasi dengan menteri luar negeri Iran, Turki, Mesir, dan Oman. Krisis terkini di Timur Tengah menjadi topik pembahasan dalam percakapan Lavrov dengan menteri luar negeri Azerbaijan, serta selama negosiasi dengan menteri luar negeri Indonesia. Dialog ini masih berlangsung,” kata Zakharova.
“Kami berharap semua pihak menyadari bahwa tidak ada alternatif yang layak selain mencari solusi yang dapat diterima bersama melalui negosiasi untuk masalah yang dihadapi. Dukungan kami terhadap resolusi terkait program nuklir Iran akan selalu didasarkan pada hukum internasional, prinsip keamanan yang setara dan tak terpisahkan, serta pertimbangan yang seimbang atas kepentingan bersama.” lanjutnya.
Ia mengakui komitmen Iran yang jelas terhadap kewajibannya berdasarkan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, serta kesediaannya untuk kembali bekerja sama dengan Amerika Serikat guna mengeksplorasi solusi potensial yang mengatasi kecurigaan yang tidak berdasar terkait aktivitas nuklirnya, dengan syarat serangan Israel dihentikan.
“Moskow sepenuhnya mendukung posisi ini dan sangat yakin bahwa penyelesaian yang langgeng hanya dapat diwujudkan melalui diplomasi dan negosiasi,” pungkas Zakharova.
Eskalasi konflik
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa Amerika Serikat tengah mempersiapkan serangan potensial terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang, meskipun ada ketidakpastian mengenai apakah rencana tersebut akan berubah. The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa pada malam hari tanggal 17 Juni, Presiden Donald Trump memberi tahu para pembantunya bahwa ia telah menyetujui rencana untuk menyerang Iran tetapi belum mengeluarkan perintah, dengan harapan Teheran akan menghentikan ambisi nuklirnya. Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi mengindikasikan bahwa Iran sedang mempertimbangkan semua opsi sebagai tanggapan atas kemungkinan keterlibatan AS bersama Israel.
Pada tanggal 13 Juni, Israel melancarkan operasi militer terhadap Iran, yang mendorong Teheran untuk melakukan serangan balasan kurang dari sehari kemudian. Selama beberapa hari berikutnya, kedua negara saling bertukar serangan lebih lanjut. Kedua belah pihak melaporkan adanya korban dan kerusakan pada beberapa fasilitas, dan mengakui bahwa pasukan mereka telah diserang. Siklus serangan bersama terus meningkat. Rusia mengutuk tindakan Israel dan menyatakan kesediaannya untuk menjadi penengah dalam upaya penyelesaian konflik. (TASS)