Oleh: Aksan Jaya Putra, B.Bus – Ketua DPD Ormas MKGR Prov. Sultra
Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah bukan sekadar pergantian tanggal dalam kalender Hijriah, melainkan momentum spiritual yang sarat makna. Di balik peringatannya, tersimpan peluang besar bagi setiap pribadi—terutama para pemimpin—untuk melakukan introspeksi, menyusun ulang prioritas, dan menyalakan semangat baru untuk berkontribusi lebih baik bagi masyarakat dan daerah.

Fenomena ini dalam psikologi dikenal sebagai the fresh start effect, yaitu kecenderungan manusia untuk lebih termotivasi memulai perubahan positif pada momen-momen transisional, seperti awal tahun, ulang tahun, atau momen religius tertentu. Tahun Baru Hijriah, dalam konteks ini, menjadi “tonggak waktu” yang memberi kesempatan bagi para pemimpin untuk menetapkan kembali komitmen moral dan tanggung jawab sosialnya dalam mengemban amanah publik.
Muharram dan Semangat Hijrah Kepemimpinan
Hijrah yang menjadi dasar penanggalan Islam bukanlah sekadar perpindahan fisik dari Mekkah ke Madinah, tetapi merupakan transformasi nilai dan strategi. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa perubahan besar membutuhkan visi, keberanian mengambil risiko, dan kepemimpinan kolektif yang inklusif.
Dalam konteks Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, momentum 1 Muharram 1447 H seharusnya menjadi refleksi mendalam atas capaian, tantangan, dan arah kepemimpinan ke depan. Di tengah kompleksitas tata kelola pemerintahan, isu kemiskinan, pendidikan, infrastruktur, dan transformasi digital, para pemangku kebijakan perlu mengadopsi semangat hijrah—berpindah dari zona nyaman menuju medan juang yang lebih strategis dan berorientasi pada kebermanfaatan.
Tonggak Waktu Menuju Perubahan
Penelitian menunjukkan bahwa fresh start effect mampu meningkatkan determinasi individu dalam mencapai tujuan baru, selama momen itu dimaknai secara sadar dan direncanakan secara konkret. Bagi para kepala daerah, kepala OPD, hingga ASN, 1 Muharram adalah momentum ideal untuk menata kembali integritas, profesionalisme, dan keberpihakan kepada rakyat.
Misalnya, dalam era keterbukaan informasi, pemimpin dituntut tidak hanya responsif, tetapi juga transparan dan berbasis data. Inisiatif seperti penguatan sistem Satu Data melalui aplikasi SIMDATA adalah langkah baik yang perlu dijadikan fondasi dalam merumuskan kebijakan yang akurat dan solutif. Kepemimpinan berbasis data inilah yang akan menjamin akuntabilitas, efisiensi anggaran, dan intervensi program yang tepat sasaran.
Menuju Sultra Lebih Baik
Untuk membawa Sulawesi Tenggara menjadi provinsi yang maju, inklusif, dan berdaya saing, dibutuhkan pemimpin yang tidak sekadar bekerja administratif, tetapi juga visioner dan transformatif. Pemimpin yang mampu menyentuh akar persoalan, sekaligus merancang solusi yang berpihak pada kelompok paling rentan.
Dengan menjadikan Tahun Baru Islam sebagai titik tolak, para pemimpin daerah di Sultra diharapkan mampu membangun budaya kerja yang produktif, menumbuhkan kepercayaan publik, dan memperkuat kolaborasi antar sektor. Evaluasi program harus dilandasi niat memperbaiki, bukan sekadar laporan. Inovasi pelayanan publik harus dipacu, bukan dipendam dalam ketakutan birokrasi.
Tahun Baru 1 Muharram 1447 H memberi peluang bagi kita semua—terutama para pemimpin—untuk memulai kembali dengan semangat baru. Meninggalkan pola lama yang stagnan, dan memulai babak baru kepemimpinan yang lebih berkarakter, berdampak, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat.
Mari kita jadikan tonggak waktu ini bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi momentum perubahan nyata menuju Sultra yang Lebih Baik.***