PILARSULTRA.COM — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan cadangan nikel Indonesia saat ini menembus 40%—45% dari total dunia, sebagaimana diklaimnya menurut laporan terbaru Badan Geologi Amerika Serikat atau United States Geological Survey (USGS).
Bahlil mengatakan cadangan Indonesia meningkat dari hanya 25% pada 2023.
“Cadangan nikel dunia pada 2023, menurut data geologi AS, kita 25% nikel dunia. Namun, 4 bulan lalu data geologi AS mengatakan kita cadangan nikel 40%—45% dunia,” ujar Bahlil dalam agenda Repnas National Conference & Awarding Night, Senin (14/10/2024).
Bahlil mengatakan, cadangan nikel yang melimpah itu membuat Pemerintah Indonesia mendapatkan tekanan saat melarang ekspor bijih nikel pada 2020 dan mengelola dalam negeri melalui pabrik pemurnian atau smelter.
Berdasarkan laporan Badan Geologi AS per Januari 2024, produksi tambang nikel Indonesia adalah 1,8 juta ton pada 2023 dari total keseluruhan dunia 3,6 juta ton. Sementara itu, cadangan nikel Indonesia tahun lalu adalah 55 juta ton dari total keseluruhan dunia 130 juta ton.
Sekadar catatan, Indonesia baru memanfaatkan 800.000 hektare (ha) lahan cadangan nikel. Masih ada 1,2 juta ha lagi yang belum dieksplorasi. Badan Geologi Kementerian ESDM bahkan mencatat, total sumber daya nikel RI mencapai belasan juta ton.
“Total sumber daya nikel RI yang belum dieksplorasi saat ini mencapai 17,3 miliar ton bijih dan 174,2 juta ton logam,” ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Rita Susilawati dalam konferensi pers, awal tahun ini.
Sementara itu, total cadangan nikel pastinya mencapai 5,02 miliar ton bijih dan 55,06 juta ton logam. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan terbesar di dunia dengan porsi 23% dari total cadangan global pada 2023. (Bloombergtechnoz/ps)