PILARSULTRA.COM — Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyu Askar menyampaikan kondisi kemiskinan struktural yang parah di Indonesia. Temuannya tersebut disematkan dalam Laporan Ketimpangan Indonesia 2024 oleh Celios.
Media mengatakan kemiskinan struktural yang parah yang terjadi di Indonesia tergambar dari adanya cacat struktural ekonomi yang sulit dan memerlukan tahapan yang panjang untuk membenahi struktur tersebut.
“Kalau kekayaan dihitung dari banyaknya waktu orang yang bekerja, maka orang yang paling kaya di Indonesia itu sebetulnya adalah petani, nelayan, para buruh yang bekerja siang dan malam menghidupi keluarganya.” kata Media dalam peluncuran Laporan Ketimpangan Indonesia 2024, Rabu (25/9/2024)
“Artinya ada kemiskinan struktural yang parah di negeri kita hari ini. Ada cacat struktur ekonomi yang sulit dan jalan panjang untuk dibenahi,” ujar dia.
Dalam laporannya, Media mengatakan bahwa Celios telah menemukan 50 orang super kaya yang memiliki kekayaan setara dengan 50 juta masyarakat di Indonesia. Media juga mengatakan bahwa kekayaan tersebut terus bertumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
“Pada saat yang sama, upah buruh hanya meningkat sebesar 15 persen,” ujarnya.
Celios juga memprediksi, apabila pemerintahan ingin menghapus ketimpangan tersebut, pemerintah membutuhkan waktu sekitar 133 tahun untuk menghapus kemiskinan yang ada di Indonesia.
“Pada saat yang sama, kita sebetulnya butuh waktu 133 tahun paling tidak untuk menghapus kemiskinan di negeri ini pada hari ini” ungkapnya.
Sebelumnya, keterpurukan kelas menengah dan makin banyaknya masyarakat yang terjadi dalam kelompok rentan miskin di Indonesia bukan suatu yang terjadi dalam waktu yang singkat. Terdapat serangkaian penyebab yang dilanggengkan oleh sejumlah keputusan yang tidak berpihak dalam penciptaan sistem ekonomi yang lebih adil di tengah penurunan kualitas demokrasi dalam beberapa waktu terakhir.
Kebijakan yang cenderung abai terhadap kelompok berpendapatan menengah, dalam lima tahun ini telah melahirkan fenomena ‘turun kelas’ terhadap jutaan orang yang merosot kekuatan daya belinya yang menjadi cerminan turunnya kesejahteraan.
Terakhir diinformasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan terdapat 9,5 juta orang kelas menengah yang turun ke kategori aspiring middle class (calon kelas menengah) dalam lima tahun terakhir. Sementara itu, terdapat 12,72 juta orang calon kelas menengah yang turun ke strata lebih bawah, yaitu dikategori rentan miskin.
Saat ini, penduduk di Indonesia semakin dipenuhi oleh pekerja kelas pendapatan calon kelas menengah, yaitu masyarakat yang dengan pengeluaran mulai dari RP874.398 sampai dengan Rp2,04 juta per kapita per bulan. Jumlah kelompok ini pada tahun 2024 mencapai 137,5 juta orang, atau setara dengan 49,22% dari total populasi di Indonesia.
Untuk populasi kedua terbesar di Indonesia saat ini, dipenuhi oleh masyarakat kelompok rentan miskin dengan nilai pengeluaran mulai dari Rp582.931 sampai dengan Rp874.398 per kapita per bulan.
Sedangkan untuk kelas menengah, adalah mereka yang memiliki pengeluaran mulai dari Rp2,04 juta hingga Rp9,90 juta per kapita per bulan, proporsinya turun tinggal 17,13% atau sekitar 47,85 juga orang. Proporsi ini turun drastis dalam waktu lima tahun, yang dimana tahun 2019 mencapai 21,45%. (Bloombergtechnoz/ps)