PILARSULTR.COM — Sebuah program kecerdasan buatan (AI) telah mengidentifikasi sebuah material yang tidak ditemukan di alam yang dapat mengurangi jumlah lithium yang digunakan dalam baterai hingga 70%.
Bahan baru ini, campuran ion natrium, litium, yttrium, dan klorida, merupakan jenis logam klorida campuran dan ditemukan sebagai pilihan terbaik dari 32 juta kandidat.
Lithium adalah komponen utama dalam baterai isi ulang, dan permintaan untuk logam ini telah meroket dalam beberapa tahun terakhir. Namun, proses penambangan untuk mendapatkan elemen ini sangat boros energi dan sering kali menyebabkan pencemaran air dan tanah. Hal ini berarti banyak perusahaan yang mencari bahan alternatif untuk membuat baterai.
Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) berkolaborasi dengan Microsoft untuk melakukan hal tersebut. Dengan menggunakan alat Azure Quantum Elements milik Microsoft, para peneliti menyaring potensi material baru yang dapat digunakan dalam baterai lithium rendah. Para ilmuwan mempublikasikan temuan mereka pada 8 Januari di server pra-cetak arXiv.
Membuat baterai jenis baru
Baterai bekerja dengan memindahkan partikel bermuatan bolak-balik antara terminal positif dan negatif, yang dikenal sebagai elektroda. Ketika kabel dihubungkan, ion lithium bergerak dari elektroda negatif, melalui zat penghantar yang disebut elektrolit, menuju elektroda positif. Sementara itu, elektron bergerak ke arah yang sama melalui kabel, sehingga memungkinkan energi diambil dari baterai.
Untuk penelitian ini, para peneliti berfokus pada bahan elektrolit padat yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi alternatif yang lebih aman dan lebih efisien daripada elektrolit cair saat ini. Yang terpenting, bahan elektrolit harus kompatibel dengan elektroda dan memungkinkan ion lithium dengan mudah melewatinya sekaligus menghalangi pergerakan elektron melalui baterai.