“Itulah mengapa seringkali sulit untuk melakukan hal-hal yang telah kita rencanakan. Ketika saatnya tiba, kita lupa apa yang kita rencanakan atau keinginan lain diluar rencana ternyata justru lebih kuat.”
Old Versus New Habits
Kebiasaan lama versus kebiasaan baru. Kunci sukses sebuah rencana adalah menetapkan tujuan baru, bukan justru berkutat menghilangkan kebiasaan buruk semata.
Sebuah studi tahun 2020, yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One, menemukan bahwa 55% peserta menganggap diri mereka berhasil mempertahankan keberhasilan mereka dari tahun sebelumnya. Namun, peserta dengan tujuan baru secara signifikan lebih berhasil daripada tujuan berorientasi lama dengan berbagai revisi, dengan tingkat keberhasilan 58,9% berbanding 47,1%.
Ini menunjukkan bahwa mereka yang mengambil tantangan baru lebih mungkin berhasil daripada mereka yang tetap pada target lama meski dengan berbagai revisi.
The Intention-Behavior Gap
Kesenjangan antar niat dan perilaku. Susan Michie , seorang profesor psikologi kesehatan dan direktur Pusat Perubahan Perilaku di UCL, mengatakan bahwa fenomena psikologis lain dapat memengaruhi cara orang merespons perubahan mereka.
“Itu yang oleh para psikolog disebut sebagai ‘kesenjangan niat-perilaku,’” katanya.
“Meskipun seseorang mungkin merasa sangat termotivasi untuk berubah, namun perasaan saja tidak cukup untuk mewujudkan sesuatu; mereka juga perlu memiliki keterampilan untuk mengatur perilaku mereka dan kesempatan untuk mewujudkannya.”
Tinjauan tahun 2016, diterbitkan dalam jurnal Health Psychology, melihat dampak perubahan sikap, norma, dan efikasi diri (kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku) pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan seperti olahraga dan diet.
“Rahasia untuk mengendalikan perilaku kita adalah membuat rencana ke depan untuk memastikan bahwa ketika harus melakukan hal-hal yang ingin kita lakukan – atau tidak melakukan hal-hal yang ingin kita hindari – keinginan kita untuk mengikuti rencana itu lebih kuat dari apa pun,” kata West.
“menetapkan adanya perubahan di awal tahun adalah cara untuk mencoba mencapai ini. Kami membuat rencana besar – untuk berhenti merokok misalnya, mengikuti diet sehat atau pergi ke gym – dan mungkin kami memberi tahu orang-orang tentang hal itu dan mendapatkan semacam dukungan. Dengan cara ini, jika kita berhasil, keinginan untuk tetap berpegang pada rencana lebih besar daripada keinginan untuk tidak melakukannya.”
Kesiapan untuk berubah
Sebuah studi tahun 2021 tentang penyalahgunaan alkohol, yang diterbitkan dalam Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, menemukan bahwa kemauan untuk berubah merupakan faktor penting dalam keberhasilan membuat perubahan. Teori yang sama dapat diterapkan pada resolusi Tahun Baru: Agar perubahan berhasil, orang tersebut harus siap untuk berkomitmen.
Motivasi kelompok
Tinjauan tahun 2011 dalam jurnal Kompas Psikologi Sosial dan Kepribadian menemukan bahwa dinamika kelompok dapat membantu membuat orang tetap termotivasi untuk suatu tugas. Orang-orang, termasuk mereka yang kurang terampil dalam tugas yang ditugaskan kepada mereka, lebih termotivasi dan sukses sebagai bagian dari kelompok daripada mereka secara individu, studi tersebut menemukan.
Kebiasaan sehat
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2013 menunjukkan bahwa kebiasaan dapat membantu orang untuk mencapai tujuan mereka bahkan ketika motivasi atau kemauan pribadi mereka rendah.
Otak manusia lebih bergantung pada mekanisme yang menciptakan kebiasaan daripada tujuan atau keinginan pribadi ketika tingkat motivasi rendah, demikian temuan studi tersebut. Jadi menciptakan kebiasaan dan melalui pengulangan tugas bisa menjadi cara yang berguna untuk mengatasi kurangnya motivasi.
Sebuah studi tahun 2002 yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychology menemukan bahwa mereka yang membuat resolusi Tahun Baru 44% lebih mungkin berhasil dalam tujuan tersebut setelah enam bulan dibandingkan mereka yang tidak membuat resolusi tetapi tertarik pada mengubah masalah nanti. [ ]